26 April, 2024
AYo Berbagi

Turut Berduka Cita : SELAMAT JALAN SAHABATKU…..! H.NASIR SYA’BAN DALAM KENANGANKU

Penulis : Hamka Riau

Tatkala kudengar suara Ucu Peli di handphoneku mengatakan Ongah Nasir sudah pergi untuk selama-lamanya,aku bagaikan berada dalam gempa menggoncang jantungku.

Tangisku pecah.

Bayangan kenangan bersamanya bermunculan mengiringi tangisan ku,terbayang suaranya yang menggelegar bila bicara,

terbayang ketawanya yang lepas.

Terbayang pula rasa empatinya yang tinggi terhadap kesusahan orang lain.

Terbayang pula keringanan langkahnya mengunjungi setiap ada musibah,dia ikut sibuk membantu apa yang bisa dia lakukan untuk orang yang ditimpa musibah itu.

Terbayang pula takkala kami berjuang dengan sepenuh hati untuk memenangkan Partai Politik Islam pada pemilu 1977.

Dia korbankan segala kemampuan bahkan kehidupan rumah tangganya.

Dia tinggalkan pekerjaannya sebagai tukang jahit, padahal dari situ sumber hidup keluarganya, demi perjuangan.

Terbayang kesetiaannya menemani diriku setiap akau diundang berda’wah,terbayang ketika kami mengunjungi setiap kampung di Kecamatan Bangko, berkampanye mencari dukungan suara kaum muslimin untuk memenangkan partai Islam yang kami perjuangaku dengan susah payah.

Terbayang, ketika sampan kami terdampar di beting karena pasang surut dan setiap acara kampanye di kampung-kampung, Ongah Nasir dipercayakan menjadi pembawa acaranya.

Saat kampanye terakhir dilapangan Kogor Bagansiapuapi (kini lapangan KONI) kami berbai’at setia.

Bersama dengan Syamsudin Jago, Abdullah Tilah, Hang Temong, Idin Atan Kidal, dan Ongah Nasir siap mengamankan kampanye terakhir itu, walaupun nyawa taruhannya.

Terbayang kembali Ongah Nasir sangat mengkhawatiri diriku ketika aku di tangkap polisi di malam 2 Mei 1977 setelah pencoblosan siang harinya.

Dia kasak kusuk memberitahukan kejadian penangkapan diriku itu kepada seluruh pendukung kami.

Ancaman akan membakar Bagan bilamana aku tidak dikeluarkan sampai pagi,terbayang pula kami masuk hutan, menyelamatkan diri dari kejaran pihak keamanan saat itu.

Terbayang pula takkala kami harus berangkat ke Pekanbaru mencari suaka menyelamatkan diri dari pencarian pihak penguasa, dia membagi penghasilan jahitnya untuk membiayai rumah tangga kami.

Hampir setiap hari dia sisihkan belanja dapur kami, ketika aku sedang berada di titik nadir kesusahan hidup.

Ongah,sangat luar biasa dalam hidupku,dia rela berkorban untuk kami, sampai akhirnya dia mengikutiku pindah ke Duri.

Saat dia ikut Pilkades Sebangar dengan anjuranku, dan akhirnya menang dalam pemilihan itu.

Ongah Nasir bagiku bagaikan perisai yang selalu tampil membela kepentingan umat.

Kini, Ongah terbaring kaku ditengah ruangan rumahnya, membawa segala kebaikan yang pernah dia perbuat untuk diriku dan ummat.

Ketika aku melayat kerumah duka,kusingkap kain penutup kepala nya, tangisku tak bisa kutahan. Air mataku mengalir deras, Wajah kaku itu kembali mengusik kenanganku bersama…. sambil berujar lirih…duluan ongah..yo ngah… !!!.

Surat Yasin yang kubaca hampir tak bisa kuselesaikan karena tangisan,

Ongah Nasir orang baik,bahkan teramat baik. Meskipun ada kesalahan dan kelemahannya, bagaikan tertutup oleh kebaikannya.

Selamat jalan Ngah…. mungkin tak akan kudapati lagi sosok sahabat seperti Ongah.

Ya Allaah… saksikanlah Nasir Sya’ban orang baik. Semoga kepergiannya Husnul Khotimah, keluarga yang ditinggalkannya tetap tabah.

Selamat jalan Ngah… kami juga akan menyusulmu…. !!!

Duri, ratap tangis sahabatmu 22 September 2021.

(Kutipan tulisan Hamka Riau oleh H.Yan Faisal)